Menelusuri Jejak Sejarah Tour Literasi Majapahit 2025
Fajar baru saja menyingsing di Desa Pucangro, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan. Di halaman TBM Bintang Brilliant, anak-anak telah berkumpul dengan penuh semangat. Sebanyak 22 peserta—terdiri dari 11 anak laki-laki dan 11 anak perempuan—didampingi oleh dua pengurus TBM, siap memulai perjalanan ke Trowulan, Mojokerto. Sebuah mobil Elf telah disiapkan, memastikan perjalanan ini nyaman dan lancar.
Adanya kegiatan ini sebelumnya sudah diinfokan kepada peserta yang notabene adalah kelas 6 dan diposting di website ini dengan judul : Persiapan TOUR Literasi Majapahit 2025.
Perjalanan Menuju Trowulan
Pukul 06.20 WIB, kendaraan mulai melaju meninggalkan desa. Jalanan masih lengang, udara pagi menyegarkan. Sepanjang perjalanan, anak-anak sudah berceloteh dan berdiskusi ringan tentang tujuan wisata mereka. Ada beberapa penjelasan dan brief ing singkat yang diberikan. Salah satunya mengenai kewajiban menulis cerita perjalanan ke Mojokerto dan dijadikan sebuah buku. Tujuannya supaya nanti bisa terkenang hingga anak cucu dan juga melatih kebiasaan menulis mereka.
Butuh waktu sekitar tiga jam hingga akhirnya rombongan kami tiba di destinasi pertama, yakni tepat pukul 09.00 pagi.
Candi Wringin Lawang: Gerbang Megah Majapahit
Begitu sampai, anak-anak segera menggelar tikar dan menikmati sarapan bersama. Mereka berbagi tugas, mengatur makanan, dan memastikan kebersihan tetap terjaga.
Selesai makan, anak-anak mulai menjelajahi Candi Wringin Lawang, yang juga dikenal sebagai "Gerbang Besar Majapahit". Suasana pagi itu sepi, hanya ada satu rombongan pengunjung lain yang berada di lokasi. Anak-anak pun bisa leluasa berkeliling dan mengabadikan momen dalam video dan foto.
Menurut sejarah, Candi Wringin Lawang merupakan gerbang masuk ke ibu kota Kerajaan Majapahit. Bangunan ini memiliki dua bagian yang terpisah tanpa atap, mencirikan gerbang paduraksa khas Majapahit. Banyak ahli meyakini, candi ini dulunya menjadi pintu masuk kompleks istana Majapahit pada abad ke-14.
Candi Brahu, Jejak Peradaban Megah
Perjalanan berlanjut ke Candi Brahu, perjalanan hanya 10 menit dari Wringin Lawang. Dari kejauhan, Candi Brahu tampak megah dan tinggi. Anak-anak terpukau oleh arsitekturnya.
Menurut sejarah, Candi Brahu adalah candi tertua di Trowulan. Berbeda dari candi lain di Majapahit yang berbentuk gapura, candi ini memiliki struktur persegi panjang besar yang diduga digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Nama "Brahu" sendiri berasal dari kata "Wanaru" atau "Warahu", yang muncul dalam Prasasti Alasantan tahun 939 Masehi.
Patung Buddha Tidur & Vihara Majapahit, Belajar Toleransi
Destinasi selanjutnya adalah Vihara Majapahit, tempat berdirinya Patung Buddha Tidur yang terkenal. Meskipun tidak terkait langsung dengan Majapahit, vihara ini menjadi simbol keragaman budaya dan agama di Mojokerto.
Di sini, anak-anak melihat kolam ikan di bawah patung Buddha. Mereka dengan gembira memberi makan ikan sambil menikmati suasana tenang vihara. Setelah itu, mereka berkeliling, melihat miniatur Candi Borobudur yang ada di dalam kompleks vihara.
Museum Trowulan, Menyibak Sejarah Kerajaan Majapahit
Selanjutnya, rombongan menuju Museum Trowulan, pusat informasi tentang kejayaan Majapahit. Dalam perjalanan, melewati Kolam Segaran, sebuah waduk kuno bersejarah. Pengurus TBM menjelaskan bahwa Kolam Segaran dulu dipakai sebagai tempat perjamuan istana. Konon, setelah jamuan selesai, peralatan emas yang digunakan dibuang ke kolam untuk menunjukkan betapa kayanya Majapahit.
Candi Bajang Ratu, Gerbang Keagungan Raja
Setelah puas menjelajahi museum, perjalanan berlanjut ke Candi Bajang Ratu. Hanya 5 menit perjalanan dari Museum menggunakan mobil. Suasana di sini sangat indah, dengan pepohonan rindang dan rumput hijau serta berbagai bunga yang sengaja di tanam disana. Meskipun matahari terik, semangat anak-anak tetap membara.
Candi ini dipercaya sebagai gapura suci yang dibangun untuk mengenang wafatnya Raja Jayanegara, raja kedua Majapahit. Arsitekturnya yang tinggi dan ramping memberikan kesan anggun dan sakral.
Tentu saja, anak-anak tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama, mengabadikan kenangan di tempat bersejarah ini.
Candi Tikus, Pemandian Kerajaan yang Misterius
Destinasi terakhir adalah Candi Tikus, situs pemandian kerajaan yang unik. Dalam perjalanan di tahun sebelumnya seperti Tour Literasi Majapahit 2023 dan Tour Literasi 2021 sebelumnya kalau sampai di tempat ini selalu terkena panas. Maklum tengah hari pukul 13.00. Tetapi kunjungan di tahun ini berbeda, kami disambut gerimis gerimis kecil saat turun dari mobil.
Beruntung anak-anak sudah membawa payung dan jas hujan, sehingga gerimis ini tidak menjadi halangan. Beberapa tahun lalu, area dalam candi ini kering dan bisa dimasuki. Namun kini, sudah ada air yang menggenanginya. Aturan baru pun diterapkan: pengunjung dilarang turun ke area candi untuk menjaga kelestarian nya. Kalau dulu sih, masih bisa turun ke bawah.
Candi Tikus diyakini sebagai tempat pemandian para bangsawan Majapahit. Struktur bangunannya berbentuk kolam dengan pancuran air, mencerminkan teknologi pengairan maju di zaman itu.
Sebuah Perjalanan yang Tak Terlupakan
Setelah menjelajahi enam destinasi, hari semakin sore. Rombongan bersiap menuju ke lokasi selanjutnya. Tour Literasi Majapahit 2025 bukan sekadar perjalanan wisata, tetapi juga pelajaran hidup tentang sejarah, budaya, dan toleransi. Anak-anak tidak hanya melihat situs bersejarah, tetapi juga memahami kisah di baliknya. Belajar sejarah jadi lebih menyenangkan dengan melihat langsung ke sumbernya.
Perjalanan ini belum berakhir—masih ada kunjungan ekstra yang akan diceritakan dalam tulisan selanjutnya.
Tidak ada komentar
Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik