Cerpen : Petualangan di Bawah Langit Hitam
Sebuah karya fiksi berupa cerpen
karya : Nadine
Kelas 6 MI ISLAM PUCANGRO
Tema Hujan
Pada suatu hari yang cerah, di sebuah desa kecil yang damai, hiduplah empat sahabat yang tak terpisahkan: Tomi, Ima, Tito, dan Ika. Mereka dikenal oleh warga desa sebagai anak-anak yang penuh semangat dan selalu mencari petualangan baru. Hari itu, seperti biasa, mereka berkumpul di taman desa untuk bermain bersama.
Sore itu, mereka memutuskan untuk bermain lari-larian di lapangan luas yang terletak di tengah desa. Suara tawa dan canda mereka terdengar riuh memenuhi udara, menarik perhatian burung-burung yang terbang rendah di atas mereka. Namun, tanpa mereka sadari, langit mulai berubah warna. Awalnya biru cerah, kini berangsur-angsur menjadi gelap, seolah-olah malam akan segera datang meski waktu masih menunjukkan sore.
Langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi hitam pekat. Awan-awan tebal menggantung rendah, menandakan hujan akan segera turun. Ima, yang pertama kali menyadari perubahan ini, berhenti berlari dan menatap ke atas.
"Langit sangat hitam...," bisiknya penuh kekhawatiran.
Tomi, yang berdiri di sampingnya, mengangguk setuju. "Iya, sebaiknya kita mencari tempat berlindung."
Tito, yang selalu penuh inisiatif, segera berkata, "Ayo kita ke pos kamling. Di sana kita bisa berteduh."
Ika, yang memang tidak suka kehujanan, dengan cepat menyahut, "Iya, ayok ke sana sebelum hujan turun."
Mereka berempat bergegas menuju pos kamling yang terletak tak jauh dari tempat mereka bermain. Ketika mereka tiba di sana, tetes-tetes hujan mulai turun, perlahan namun pasti. Untunglah mereka sampai tepat waktu.
Di dalam pos kamling, mereka bisa mendengar suara hujan yang semakin deras. Angin bertiup kencang, menggoyang-goyangkan pohon-pohon di sekitarnya. Meski suasana di luar tampak menyeramkan, mereka merasa aman dan nyaman di dalam pos kamling, saling bercerita untuk mengusir rasa takut.
"Aku berharap hujan segera reda," ucap Ika sambil memeluk lututnya, menatap keluar jendela kecil di pos kamling.
"Tidak perlu khawatir," jawab Tomi dengan suara yang menenangkan, "Hujan pasti akan berhenti, dan kita bisa pulang ke rumah masing-masing."
Dan benar saja, tak lama kemudian, hujan mulai mereda. Suara deras air yang menghantam atap pos kamling perlahan menghilang, digantikan oleh suara gemericik air yang jatuh dari daun-daun. Langit yang tadinya gelap kini mulai terang kembali, menyisakan cahaya matahari senja yang temaram.
"Sudah reda!" seru Tito sambil melompat berdiri, "Ayo kita pulang!"
Mereka pun bergegas keluar dari pos kamling, melangkah dengan hati-hati di atas tanah yang masih basah. Dengan hati yang lega dan penuh keceriaan, mereka berpisah di simpang jalan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Malam itu, mereka tidur dengan perasaan puas, mengetahui bahwa di balik setiap langit yang hitam dan hujan yang deras, selalu ada kehangatan persahabatan yang siap melindungi mereka dari segala ketakutan. Esoknya, mereka siap untuk petualangan baru di desa kecil mereka yang damai.
Tidak ada komentar
Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik